A. Epidemiologi
Post partum blues adalah gangguan suasana hati yang dialami oleh sekitar
50 % wanita dalam 3 sampai 6 hari setelah melahirkan (kendell dkk, 1987)
terdapat bukti bahwa kemurungan (blues) ini dipicu oleh turunnya progesterone
(Harris dkk, 1994) yang terjadi untuk sementara waktu dan akan hilang dengan
sendirinya tanpa pengobatan.
Hansen, Jones berdasarkan hasil studinya di Amerika Serikat,
menjelaskan bahwa penderita postpartum blues berkisar antara 75% - 80%
ibu sesudah melahirkan. Meskipun postpartum blues dianggap sebagai hal
yang normal pada ibu dalam menjalani peran barunya dan biasanya menghilang
dalam beberapa hari setelah melahirkan, sejumlah wanita memiliki gejala yang
lebih buruk atau lebih lama yang disebut depresi postpartum dengan
jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan (Daw dan
Steiner dalam Bobak dkk., 1994, h.665).
B. Definisi
Post partum
blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab
itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak ditatalaksana
sebagai mana seharusnya akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya , dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi
keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin yang mempunyai
dampak lebih buruk terutama dalam masalah hubungn perkawaninan dengan suami dan
perkembangan anaknya. (Harris dkk, 1994)
C. Etiologi
Penyebab baby blues atau postpartum blues masih
belum dapat diterangkan secara jelas. Beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab adalah faktor paritas, hormonal, umur, dan latar belakang psikososial.
·
Faktor paritas
adalah riwayat obstetri dan komplikasi yang meliputi riwayat hamil sampai
melahirkan sebelumnya.
·
Faktor hormonal
adalah kadar hormone progesteron yang naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan.
·
Faktor umur
adalah umur saat kehamilan dan melahirkan yang berkaitan dengan kesiapan mental
untuk menjadi seorang ibu.
·
Faktor latar
belakang psikososial meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan dan memadai tidaknya dukungan social lingkungan (suami,
keluarga dan teman) (Munawaroh, 2008).
·
Penelitian
Munawaroh (2008) menyimpulkan bahwa kejadian melahirkan sectio caesaria lebih
berisiko mengalami baby blues syndrome daripada postpartum normal,
maka kepada ibu sectio caesaria perlu diberikan dukungan fisik dan
psikologis dalam pencegahan baby blues syndrome, dengan alasan lama
perawatan sectio caesaria.
D.
Komplikasi
1. Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya gejala:
·
waham
·
halusinasi
·
kerusakan psikoafektif
2. Risiko bunuh diri/mencederai diri
3. Risiko mencederai anak
E. Pemeriksaan
Tidak ada yang pasti untuk
menyakinkan diagnosis depresi postpartum, hanya dibuat berdasarkan penilaian
secara klinik.
F. Asuhan keperawatan
NO
|
DX. keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Ansietas b.d krisis situasional ditandai dengan klien merasa
gelisah tanpa sebab, cemas
|
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
klien dapat mengetahui dan
berdiskusi tentang rasa takutnya
KH :
1.
Klien
menunmjukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas
2.
Menunjukian
cara-cara sehat dalam mengatasi ansietrasnya
3.
Menunjukan
pemecahan masalah
|
1)
Pahami
rasa takut klien. Lakukan observasi validasi
2)
Nyatakan
realita dari sityuasi seperti apa yang dilihat pasien,tanpa mempertanyaakan
apa yang dipercaya
3)
Evaluasi
mekanisme koping selama digunakan untuk menghadapi perasaan atau anvcaman
yang sesungguhnya
4)
Ulangi
mekanisme koping yang digunakan pada masa lalu dalam memecahkan masalah
5)
Pertahankan
kontak sering dengan orang terdekat. Selalu bersedia mendengarkan dan
berbicara jika dibutuhkan
Kolaborasi :
1)
Tanyakan
orang terdekat untuk mengidentifikasi apa yang tejadi
2)
Gunakan
sentuhan terapeutik
|
1)
Perasaan
adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapatt mendiskusikan
pa yang pasien rasakan
2)
Pasien
mungkin perlu menolak realitas sampai siap untuk mengahadapinya. Sanngat
tidak berguna untuk memaksa klienn menghadapi kenyataannya
3)
Mungkin
dapat menghadapi situasi pada masa itu sehingga kloien mampu menggunakannya
untuk nmasalah yang dihadapinya
4)
Member
kesempatan membngun sumber-sumber yang dapat digunakan secara baik oleh
pasien/orang terdekat
5)
Dapat
memantapkan hunbungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu
pasien/orang terdekat untuk melihat realitas
1)
Membantu
dalam mengidentifikasi wilayah diman terdapat control dan juga tidak dapat
control
2)
Membantu
memenuhi kebutuhan dasr manusia. Penurunan raa terisolasi dan membantu pasien
merasakan perasaan khuatir
|
2
|
Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis (ansietas)
ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur
|
Tuijuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan
peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
Kh : Klien melaporkan perbaikan da;laam pola tidur
· Melaporkan peningkatan rasa
sejahtera dan segar
|
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk
istirahat
2. Kaji factor-faktor bila ada yuang
mempengaruhi tidurnya
3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk
tidur/istirahat setelah kembali ke rumah
4. Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.
|
1.
Persalinan
atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam
meningkatkan tingakt kelelahan.
2.
Membantu
meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsangan.
3.
Rencana
yang kreatif yang membolehkan unruk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur
siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
4.
Multipara
dengan anak dirumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk
mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya
|
3
|
Resiko terhadap perubahan
menjadi orangtua b.d pengaruh komplikasi fisik dan emosionak ditandai
dengan klien merasa kurang saying kepada anaknya
|
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan
tentang menjadi orang tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara
realistis, dan secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir
dengan tepat.
KH :
·
Mengungkapkan pemahaman akan prilaku bayi,status
fisik dan kebutuhan perawatan
·
Beradaptasi dalam pewrawatan bayi
·
Mendemonstrasikan penguasaan aktifitas
perawatan bayi
|
1.
Berikan
doronmgan untuk setiap tugas yang diselesaika
2.
Berikan
informasi mengenai perawatan bayi dirumah
3.
Kaji
kekuatan,kelemahan usia,sytatus perkawinan,ketersediaan sumber pendukung dan
latarbelakang budaya
4.
Evaluasi
sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yng pernah dialami klien
selama kanak0-kanak
|
1.
Meningkatkan
kepercayaan diri orangtrua dalam kemampuan
meraka merawat bayi
2.
Membantu
orangtua meningkatkan kompetensi dan
kenyamanan merawat bayi
3.
Menidentifikasi
factor-faktor resiko dan sumber-sumber pendukung, yang mempengaruhi
4.
Menidentifikasi
factor-faktor resiko dan sumber-sumber pendukung, yang mempengaruhikemampuan
klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua. kemampuan
klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
|
DAFTAR PUSTAKA
Marshall, Fiona. 2004. Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta:
Arcan
AtmaJaya Medical Education on Reproductive
and Addictive. 2008. Depresi Setelah
Melahirkan, Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?.
http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2008/07/depresi-setelah-melahirkan-bagaimana-cara-mencegah-dan-mengatasinya/. Diakses jam 10.23
Doenges,
Marilynn. E & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi : Pedoman Untuk perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi
2 . Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar