Rabu, 31 Oktober 2012

ASKEP DHF


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Sampai saat ini telah di ketahui beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Aedes aegypti di perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971 – 1972. Ae.retumae di laporkan satu-satunya vector yang ditemukan.

Di Indonesia, walaupun vector DHF belum di selidiki secara luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae.albopictus di daerah pedesaan.
Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.

Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syindrome (DSS); yang terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan renjatan dan perdarahan hebat . gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di samakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS sebagai kasus - kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas permukaan laut, sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent dengue infection) merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 – 200 kasus silent dengue infection.

Demam dengue adalah demam virus akut yang di sertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut dengue shock syndrome (DSS).

1.2              Tujuan
1.2.1   Tujuan umum
Setelah mengikuti presentasi ini, di harapkan mahasiswa dapat memberikana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever) dengan baik.
1.2.2   Tujuan khusus
a.         Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
b.         Mahasiswa dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF
c.         Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
d.        Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
e.         Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
f.          Mahasiswa dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
g.         Mahasiswa dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
h.         Mahasiswa dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
i.           Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  KONSEP DASAR DHF
2.1.1 Anatomi Fisiologi
Darah merupakan salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.
A.    Komposisi darah
Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga korpuskel
1.      Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.
2.      Sel darah putih
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak.
Sel darah putih mengandung 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit.
Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih.
B.     Pembekuan darah
Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu :
1.    Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh darah yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
2.    Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
3.    Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson, 2001)


C.     Fungsi darah
1.      Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh
2.      Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3.      Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4.      Mengedarkan hormone
2.1.2         Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. (Rohim dkk, 2002 ; 45)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

2.1.3 Etiologi

A. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
B. Vektor
Disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus flavivirus dari family flaviviridae Vector utama penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ciri-ciri nyamuk :
·           Sayap dan badannya belang-belang.
·           Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah.
·           Jarak terbang ±100m.
·           Nyamuk betina bersifat “multiple biters
·           Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi
Nyamuk yang menjadi vector penyakit ini adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia.
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya. Dalam tubuh manusia, berkembang sekama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.

Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit DBD :
·       Imunitas penjamu
·       Kepadatan populasi nyamuk
·       Transmisi virus dengue
·       Virulensi virus
·       Keadaan geografis setempat.
Faktor resiko:
·       Kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur <15 tahun
·       Anak sekolah yang pagi dan siang hari berada di sekolah
·       Tinggal dilingkungan lembab, serta daerah kumuh
·       Daya tahan tubuhnya yang sedang menurun.
2.1.4         Patofisiologi

2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan,  serta perdarahan 2-7 hari. Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan, seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah (>120x/mnt ), tekanan nadi menyempit (< 120 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).
Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
DD
·      Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
·      Dapat disertai trombositopenia.
·      Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
DBD
·      Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
·      Uji torniquet positif.
·      Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
·      Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
·      Hepatomegali.
·      Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
·      Trombositopenia.
·      Hemokonsentrasi.
·      Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
SSD
       Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
       Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
       Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
       Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
       Akral dingin, capillary refill turun.
       Diuresis turun, hingga anuria.


2.1.6  Komplikasi
a.    DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian.
b.    Ensepalopati.
c.    Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
d.   Disorientasi, prognosa buruk.
2.1.7         Pemeriksaan Penunjang
a.    Darah
-            Trombositopeni (  100.000/mm3
-            HB meningkat lebih 20 %
-             HT meningkat lebih 20 %
-            Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
-            Protein darah rendah
-            Ureum PH bisa meningkat
-            NA dan CL rendah
b.    Serology : HI (hemaglutination inhibition test) à respon antibody sekunder
-   Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
-   Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M(1,2,4).






c.    Rontgen thorax
1.    Vaskular marking bertambah (engorgement)
2.    Cloudy (radio opak) hemitoraks kanan
3.    Sinus kardiotorasik tumpul
4.    Kubah diafragma kanan > tinggi dp kiri
5.    Efusi pleura
d.   Uji test tourniket (+)
·  Manset 2/3 lengan atas
·  Pertahankan antara sistolik & diastolik
·  Tunggu 5 menit
·  Positif bila petekie < 20 / inch  atau 2,5 cm2

2.1.8         Penatalaksaan DHF Pada Anak
Penatalaksanaan
1.             Tirah baring
2.             Pemberian makanan lunak .
3.             Pemberian cairan melalui infus.
menurut UPF IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah:
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a.       Oral ad libitum atau
b.      Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg  BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
b.1  Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.
b.2  Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
·   100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
·   75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
·   60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
·   50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
4.                           Obat-obatan lain :
-    antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
-    antipiretik untuk anti panas
-    darah 15 cc/kgBB/hari jika perdarahan hebat.
5.              Anti konvulsi jika terjadi kejang
6.             Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7.             Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8.              Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.             Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

2.2     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1        PENGKAJIAN
1.      IDENTITAS
-       Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ).
-       Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
-       Tempat tinggal : penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
2.      RIWAYAT KEPERAWATAN
P (Provocative): Virus dengue.
Q (Quality): Keluhan dari ringan sampai berat.
R (Region): Semua sistem tubuh akan terganggu.
S (Severity): Dari Grade I, II, III sampai IV.
T (Time): Demam 5 – 8 hari, ruam 5 – 12 jam.
3.                  Keluhan Utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
4.                  Riwayat Keperawatan Sekarang
Panas tinggi (Demam) 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise, mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan.
5.                  Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.
6.                  Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
7.                  Riwayat Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
b.3                    Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
b.4                    Aedes albapictus.
8.                  Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Tahap pertumbuhan
Perhitungan Berat badan :
v Umur 1 –  6 tahun       = Umur (tahun) X 2 -  8 : 2
Perhitungan Panjang badan :
v Umur  2 – 12 tahun =  Umur (tahun) X 6 - 77
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a.    Faktor Keturunan yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.
b.   Faktor Hormonal : banyak hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH).
c.    Faktor Gizi : Dengan adanya tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan gizi. Dengan kata lain untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan gizi yang baik.
d.   Faktor Lingkungan
-     Lingkungan fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas, polusi, iklim dan teknologi
-     Lingkungan biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan. Lingkungan sehat lainnya adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
-     Lingkungan psikososial; termasuk latar belakang keluarga, hubungan keluarga.
e.    Faktor sosial budaya
-     Faktor ekonomi, sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.
-     Faktor politik serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan keamanan suatu negara juga sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang anak.

Tahap Perkembangan
a.       Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson
Initiative VS Guilt,prescholl/usia prasekolah 4 – 6 ahun;Pada tahap ini anak diperboleh kan memiliki insiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif,bila dilarang/diomeli serta dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu dalam melakukan ketrampilan motorik dan bahasanya.
Tugas perkembangannya :
·         Perasaan inisiatif mencapai tujuan
·         Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
·         Membedakan jenis kelamin
Bila tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul rasa bersalah

b.      Menurut Perkembangan Intelektual oleh Piaget   :
Termasuk tahap   : Konkrit Operasional.
·         Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat mengelompokkan fakta-fakta, berfikir abstrak.
·         Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan sistematis.
c.       Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Termasuk fase       : Laten (5 – 12 tahun).
·      Anak masuk ke permulaan fase pubertas.
·      Anak masuk pada periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial, contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah, dll.
·      Fase tenang.
·      Dorongan libido mereda sementara.
·      Zona erotik berkurang.
·      Mulai tertarik dengan kelompok sebaya (peer group).

PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM
1.Keadaan umum dan tanda-tanda vital : Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tinggi; nadi cepat,lemah,kecil sampai tidak teraba;tekanan darah menurun (sistolok menurunb sampai 80 mmHg atau kurang.
2.Body system :
a. Pernapasan (B1 : Breathing)
·   Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan O2.
·     Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi,suara napas tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai  penurunan kesadaran.
b.Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
·   Anamnesa :                                                                                                                                                                      Pada derajat 1dan 2  keluhan memdadak demam tinggi 2 – 7 hari      badan lemah,pusing,mual – muntah,derajat 3 dan 4 orang tua/keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran gelisah dan kejang.

·   Pemeriksaan fisik :
o Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-satunya manifestasi perdarahan.
o Derajat 2 ptekie,purpura,echymosis dan perdarahan konjungtiva Derajat 3 kulit dingin pada daerah akral,nadi cepat,hipotensi,sakit kepala ,menurunnya  volome plasma,meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,trombositopenia dan diatesis hemoragic.    Derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
c.          Persarafan (B3: Brain)
·      Anamnesa :Pasien gelisah, cengeng dan rewel karena demam tinggi derajat 1dan 2 serta  penurunan tingkat kesadaran pada derajat 3 dan 4.
·      Pemeriksaan fisik :                            
Pada derajat 2 konjungtiva mengalami perdarahan, sedang penurun-anTingkat kesadaran (composmentis, ke-apatis, ke-somnolent,kesopor kekoma )atau gelisah,GCS menurun,pupil miosis atau midriasis,reflek fisiologis atau patologis sering terjadi pada derajat 3 dan 4.
d.      Perkemihan – Eliminasi Uri (B4: Bladder)
·   Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
·   Pemeriksaan fisik  :
Produksi urin menurun(oliguria sampai anuria),warna berubah pakat dan berwana coklat tua pada derajat 3 dan 4.
e.          Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
·      Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah/tidak ada nafsu       makan,haus,sakit menelan,derajat 3 terdapat nyeri tekan pada ulu hati.
·      Pemeriksaan fisik :
Derajat 1 dan 2 Mukosa mulut kering,hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan Nyeri tekan,sakitmenelan, pembesaran limfe,nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena.
f.          Tulang – otot – integumen (B6: Bone)
·   Anamnesa : pasien mengeluh otot,persendian dan  punggung,kepanas-an,wajah tampak merah  pada derajat 1 dan 2,derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot/kelemahan otot dan tulang  akibat kejang atau tirah baring lama.

Pemeriksaan fisik
·         kepala;kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan,pegal seluruh tubuh derajat 1 dan 2 sedangkan derajat 3 dan 4 pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
·         Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat dingin dan lembab.
·         Kuku sianosis/tidak
·         Kepala terasa nyeri, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III,IV. Pada mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorakan hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV)
·         Dada, bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
·         Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
·         Ekstremitas. Akral dingin,  Nyeri pada sendi, otot serta tulang.


BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS 4
An W, perempuan 5 tahun, masuk IGD RS X, dengan keadaan kesadaran menurun, pasien gelisah, saat diperiksa N : 95x/menit, TD : 80/50 mmHg, hasil diagnose medis : DHF grade II. Ibu klien mengatakan anaknya panas 400C sebelum masuk RS.
Data subjektif
Data objektif
·      Ibu mengatakan anaknya panas 400C
·      Ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·      Ibu mengatakan BAB anaknya lancar
·      Ibu mengatakan anaknya tidak suka minum
·      Ibu mengatakan terkadang anaknya mual

·         Keadaan kesadaran menurun
·         Pasien gelisah saat diperiksa
·         Pasien tampak pucat
·         Mukosa bibir kering
·         Ptekie (+)
·         Nadi : 95 x/ menit
·         TD : 80/50 mmHg

B.   Diagnosa Keperawatan
Problem
Etiologi
symtomp
hipertermi
b.d proses infeksi virus dengue
Ditandai dengan ibu mengatakan anaknya panas 400C
Resiko deficit cairan
b.d pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler

Ditandai dengan
·      Pasien tampak pucat
·      Mukosa bibir kering
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

Ditandai denagan
·      Ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·      Ibu mengatakan anaknya terkadang mual
Resiko terjadi perdarahan
b.d penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )

Ditandai dengan
·      Tromboosit meningkat (44.000)
·      TD : 80/50
Kecemasan
b.d Kondisi klien yang memburuk
Ditandai dengan
Pasien gelisah saat diperiksa.
C.  Rencana Asuhan Keperawatan.
No.
Diagnosa
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1.     
Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan Suhu tubuh normal dalam 1x24 jam
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
Mandiri
a.    Beri komres air kran


b.    Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
c.    Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat


d.    Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.



Kolaborasi :
e.    pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.

a.    Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b.    Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.


c.    Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d.    Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.


e.    Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.
2.     
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
a.    Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering


b.    Observasi capillary Refil

c.    Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ


d.    Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Kolaborasi :
e.    Pemberian cairan intravena

a.     Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b.    Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c.    Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d.    Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral


e.    Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
3.     
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
a.  Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

b.  Observasi dan catat masukan makanan pasien


c.  Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )



d.   Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

e.  Berikan dan Bantu oral hygiene.


f.   Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

a.     Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b.     Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c.  Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d.  Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e.  Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f.   Menurunkan distensi dan iritasi gaster.





Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. InfoMedika : Jakarta
WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue. EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzzane C.2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
http://newsflashjakarta.com/kesehatan/saatnya-demam-berdarah-menyerang.html diakses pada tanggal 13 Desember 2011 pukul 02.45 WIB
Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasan. Jakarta: Erlangga. 2008