Jumat, 05 Oktober 2012

LAPORAN PENDAHULUAN PUTAW

NARKOBA
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Putaw adalah heroin kelas empat sampai enam. Putaw berbentuk serbuk kecil - kecil, tidak berbau dan mudah larut di dalam air. putaw tidak digunakan dalam dunia kedokteran karena tingkat ketergantungannya sangat tinggi dan belum dapat diobati. Putaw tergolong narkotika semisintetis. Biasanya dibungkus dengan kertas sebesar ujung ibu jari yang disebut ‘pahe’ atau paket hemat sebesar 0,1 gram. Putaw tergolong jenis narkotik yg paling cepat menimbulkan efek kecanduan (bahkan lebih cepat dari heroin) baik kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis (sugesti untuk memakainya lagi). Kecanduan fisik yg ditimbulkan dari putaw juga sangat menderita dan berbahaya (bisa menyebabkan komplikasi dan kematian), sedangkan kecanduan psikologisnya juga sangat kuat dan tahan lama meskipun seseorang telah berhenti memakainya selama puluhan tahun. pada putaw si pemakai akan merasakan gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka dan hidung sedangkan pada heroin/morphine tidak.
Cara pemakaian putaw antara lain dimakan, dihisap melalui hidung, dibakar diatas kertas aluminium lalu dihisap asapnya, dicampur dalam rokok, dan disuntik langsung ke pembuluh vena. Umumnya semakin seseorang pemakai putaw kecanduan, ia akan segera beralih ke cara penyuntikan sehingga dengan pemakaian jarum suntik secara bergantian mereka akan sangat rentan tertular HIV dan Hepatitis B/C. Penyuntikan putaw sangat rentan mengakibatkan overdosis karena putaw yg beredar di pasar gelap tidak bisa dipastikan kadar kemurniannya. Overdosis putaw sering berakibat pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat oleh karena si pemakainya menjadi tidak bisa bernafas.
MEKANISME KERJA NARKOBA
Mekanisme kerja narkoba adalah mempengaruhi proses elektrofisiologi membrane saraf, mengubah keberadaan konstalasi neurotransmitter dan berperan sebagai agonis atau antagonis neurotransmitter pada pasangan reseptor sehingga kinerja sentra-sentra otak berubah secara dinamik sesuai dengan konstalasi NT. Keberadaan neurotransmitter dapat dipengaruhi pada proses sintesis, penyimpangan (storage), pelepasan (release), dan metabolism (termination). Tonus suasana hati dan organ-organ tubuh pada prinsipnya berada dalam suatu kontinum yang dapat naik turun dari rendah menjadi tinggi atau sebaliknya. Semua sentra-sentra otak dihubungkan oleh lintasa eksitasi untuk menaikkan tonus dan lintas inhibisi untuk menurunkannya, yang bekerja secara otomatis dalam memelihara keadaan harmoni homeostatic kejiwaan dan keragaan. Masing-masing lintasan sinap mempunyai NT sendiri, sehingga NT dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
1. NT lintas eksitasi:
• Acetylcholine
• Norepineprin
• Dopamine
• Serotonin
• Glutamate
• Aspartat
• Histamine
2. NT lintas inhibisi:
• GABA
• Glysin
• Peptide seperti Enkefalin dan Endorfin
• Dll
Berdasarkan konsep tersebut, narkoba dapat kita bagi menjadi 2 golongan yaitu: obat perangsang (stimulansia) dan obat penekan faal kejiwaan dan peragaan (depressansia). Tonus suasana hati dapat dirangsang oleh stimulansia dari loyo gairah/semangat semangat tinggi panik kejang koma mati. Oleh depresansia dari gelisah tenang sedasi/ ngantuk tidur anestesi koma mati. Cara kerja putaw menekan system syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Kelebihan dosis bisa menyebabkan kematian.
CIRI PENGGUNA PUTAW
Pada tahap awal biasanya pengguna akan terlihat tidak bersemangat, mata sayu, pucat,tidak dapat berkonsentrasi, hidung sering terasa gatal, mual dan selalu terlihat mengantuk. Kurus karena nafsu makan berkurang, emosi sangat labil, sehingga sering marah dan sering pusing atau sakit kepala. Ciri-ciri dari sakaw antara lain:
1. Tulang-tulang dan sendi-sendi terasa sangat ngilu dan meriang
2. sakit kepala, demam, dan kadang diare/muntah-muntah
3. mata dan hidung terus berair
4. mudah kedinginan (menggigil) dan banyak berkeringat dingin
5. depresi dan sangat mudah marah
6. insomnia
Oleh karena efek sakaw yg begitu menderita maka seseorang pencandu yg sedang sakaw besar kemungkinan akan berbuat kriminal (salah satu contoh : mencuri) untuk memenuhi kebutuhan putaw-nya. Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan oleh kristal-kristal berwarna biru di dalam pembuluh darah di sekitar tangan, kaki, leher, dan kepala sehingga menjadi benjolan keras seperti bisul di dalam tubuh, jika penyumbatan ini munculnya di daerah otak maka besar kemungkinan ia akan mati. Selain itu pemakaian jangka panjang dari putaw juga akan mengakibatkan kebutaan, kerusakan pada organ-organ tubuh seperti liver, ginjal, organ-organ pencernaan, dan paru-paru.
WITHDRAWAL
Gejala putus obat (gejala abstinensi atau withdrawal syndrome) terjadi bila pecandu obat tersebut menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba. Gejala biasanya timbul dalam 6-10 jam setelah pemberian obat yang terakhir dan puncaknya pada 36-48 jam. Withdrawal dapat terjadi secara spontan akibat penghentian obat secara tiba-tiba atau dapat pula dipresipitasi dengan pemberian antagonis opioid seperti naloxono, naltrexone. Dalam 3 menit setelah injeksi antagonis opioid, timbul gejala withdrawal, mencapai puncaknya dalam 10-20 menit, kemudian menghilang setelah 1 jam. Gejala putus obat:
• 6 - 12 jam , lakrimasi, rhinorrhea, bertingkat, sering menguap, gelisah.
• 12 - 24 jam, tidur gelisah, iritabel, tremor, pupil dilatasi (midriasi), anoreksia.
• 24 - 72 jam, semua gejala diatas intensitasnya bertambah disertai adanya kelemahan, depresi, nausea, vornitus, diare, kram perut, nyeri pada otot dan tulang, kedinginan dan kepanasan yang bergantian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung,gerakan involunter dari lengan dan tungkai, dehidrasi dan gangguan elektrolit.
• Selanjutnya, gejala hiperaktivitas otonom mulai berkurang secara berangsur-angsur dalam 7-10 hari, tetapi penderita masih tergantung kuat pada obat. Beberapa gejala ringan masih dapat terdeteksi dalam 6 bulan. Pada bayi dengan ibu pecandu obat akan terjadi keterlambatan dalam perkembangan dan pertumbuhan yang dapat terdeteksi setelah usia 1 tahun.
KETERGANTUNGAN OBAT
Ketergantungan terhadap narkoba selalu dimulai dari pengalaman pertama, dengan kelompok obat perangsang dia merasa bersemangat, gembira sekali dan merasakan kenikmatan. Dengan obat penekan, ia merasa tenang, bebas dari tekanan dan terasa nikmat sekali. Efori akan mendorong pemakaian ulang dan berkelanjutan. Semakin lama semakin dibutuhkan kenaikan dosis untuk memperoleh efek yang sama. Oleh karena pemakaian obat ini secara kronik/ berkelanjutan mengalami toleransi.
Tahap ketergantungan obat dapat digambarkan seperti berikut: Rasa nikmat Fase 1 (rewarding) Positive reinforcement fase 2 (conditioning) Positive reinforcement plus fase 3 (habituation) Toleransi dosis naik fase 4 (dependence) Keadaan homeostatic tergantung obat
Badan Narkotika Nasional memberikan penjelasan bahwa factor-faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus dunia narkoba terbagi dalam tiga bagian utama yakni:
1. factor diri/ pribadi seseorang penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik, dan psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan narkoba. Factor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek yaitu:
a. aspek biologis: secara biologis, seseorang dapat masuk ke dalam penyalahgunaan narkoba disebabkan antara lain karena ingin menghilangkan rasa sakit atau keletihan.
b. Factor psikologis Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Seseorang dapat terjerumus dalam pemakaian narkoba karena beberapa alas an antara lain:
- Ingin meningkatkan semangat dan gairah kerja atau juga ingin meningkatkan keperkasaan atau percaya diri.
- Ingin melepaskan diri dari berbagai beban hidup yang menimpanya.
- Ingin melepaskan diri dari kesunyian, kehampaan, atau ingin mencari hiburan.
- Ingin diterima sebagai anggota suatu kelompok karena menganggap bahwa kelompok yang ingin dimasukinya mempunyai tren yang patut diikuti.
- Ingin coba-coba atau ingin mencari pengalaman baru.
- Merasa dijauhkan atau diasingkan atau tidak dicintai atau merasa tidak dihargai.
2. Factor lingkungan
Dari sudut pandang lingkungan, seseorang dapat terjerumus dalam pemakaian dan pengedaran narkoba karena keadaan sebagai berikut:
- Keluarga yang kurang komunikatif, kurang perhatian, kurang membagi kasih saying dan kurang penghargaan terhadap sesama anggota keluarga
- Keluarga yang kurang pengawasannya terhadap sesame anggota keluarga
- Lingkungan social yang kurang harmonis dan tidak terkait dengan berbagai norma seperti norma agama, hokum, susila, dan lain-lain.
- Lingkungan yang kurang disiplin, tidak mempunyai tata tertib, tidak mempunyai system pengawasan yang memadai, dan kurangnya system pengamanan lingkungan baik lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, atau tempat tinggal.
- Pergaulan sebaya yang tidak sehat
DATA YANG PERLU DIKAJI
Data yang perlu dikaji:
a. Riwayat klien menggunakan zat sebelumnya
b. Penyebab klien menggunakan zat tersebut
c. Faktor yang menyebabkan klien menggunakan kembali zat tersebut
d. Melakukan pengkajian fisik klien
e. Melakukan pengkajian psikososial klien
f. Mengkaji kemampuan koping klien dalam menyelesaikan masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Koping individu tidak efektif: belum mampu menahan keinginan menggunakan zat kembali
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan:
Koping individu tidak efektif: belum mampu menahan keinginan menggunakan zat kembali.
Tujuan umum:
Koping individu efektif: mampu menahan keinginan menggunakan zat kembali.
Tujuan khusus:
1. Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya dalam 1x pertemuan
1.1 jadilah pendengar yang hangat dan responsive
1.2 beri waktu yang cukup pada klien untuk beresponsi
1.3 beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya
1.4 identifikasi pola prilaku klien yang dapat menimbulkan perasaan negatif
2. Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau putus zat serta mengenali dampak penggunaan zat dalam 1x pertemuan.
2.1 Diskusikan bersama klien tentang dampak penggunaan zat terhadap
a. Kesehatan
b. Social
c. Ekonomi
d. Hukum
2.2 diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan zat
2.3 diskusikan harapan pasien untuk sekarang dan masa yang akan datang setelah tahu dampaknya
3. Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti menggunakan zat dalam 2x pertemuan.
3.1 Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
Hal-hal positif yang masih dimiliki pasien, misal pasien masih kuat secara fisik, tidak ada komplikasi penyakit akibat penggunaan zat.
3.2 latih pasien untuk mensyukuri keadaan tersebut
1. sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri
2. sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti
4. Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat dalam 2x pertemuan
4.1. Diskusikan cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara:
a. Menghindar, misalnya : tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak melewati tempat yang mempunyai kenangan saat masih menggunakan zat, tidak bergabung/ bergaul dengan pengguna.
b. Mengalihkan, misalnya: menyibukan diri dengan aktifitas yang padat dan menyenangkan.
c. Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walau ditawarkan gratis dan tetap tidak walau sekali saja.
4.2. Latih pasien mengontrol keinginan menggunakan zat.
a. Menghindar
b. Mengalihkan
c. Menolak
5. Klien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah setelah 2x pertemuan.
5.1. Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah selama ini
5.2. Untung rugi cara tersebut digunakan
5.3. Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan masalah
5.4. Latih pasien menggunakan cara tersebut
6. Klien dapat mengubah gaya hidup setelah 3x pertemuan.
6.1. Diskusikan gaya hidup yang sehat.
7. Klien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat dan benar setelah 1x pertemuan.
7.1. Latih klien minum obat sesuai terapi dokter, tekankan pada prinsip benar dosis obatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darman, Flavianus. 2006. Mengenal Jenis & Efek Buruk Narkoba. Jakarta: Visimedia
Nasution, Ichrodjuddin. 2001. dalam http://eprints.undip.ac.id/277/1/Ichrodjuddin_N.pdf diakses pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 17.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar