STROKE
A. Pengertian
Stroke
adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak yang diakibatkan oleh penyakit serebrovaskuler yang berlangsung
lama (Smeltzer, 2002). Sedangkan menurut Batticaca (2008) stroke merupakan
suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian.
B. Etiologi
Menurut
Smeltzer (2002) penyebab stroke biasanya karena salah satu diantara empat
dibawah ini:
1. Trombosis
di dalam pembuluh darah otak
2. Embolisme
serebral
3. Iskemia
(kurangnya suplai oksigen menuju otak)
4. Pecahnya
pembuluh darah di otak
C. Jenis
stroke
Pembagian
stroke menurut Batticaca (2008) yaitu:
1. Stroke
iskemik (infark atau kematian jaringan)
Stroke iskemik sebagian
besar merupakan komplikasi dari penyakit vaskular, yang ditandai dengan gejala
penurunan tekanan darah yang mendadak, takikardia, pucat, dan pernapasan yang
tidak teratur. Serangan sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih dan
biasanya terjadi pada malam hari hingga pagi hari.
a. Trombosis
pada pembuluh darah otak
b. Emboli
pada pebuluh darah otak
2.
Stroke hemoragik
Stroke
hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial dengan gejala
peningkatan tekanan darah sistole >200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg
pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernapasan
mengorok. Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul
setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis.
a. Perdarahan
intraserebral
Gejala: nyeri kepala
hebat karena hipertensi, serangan terjadi saat beraktivitas, mual dan muntah
pada permulaan serangan, hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal
serangan, kesadaran menurun cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang dari ½
jam-2 jam, < 2% terjadi setelah 2 jam-9 hari).
b. Perdarahan
subarakhnoid
Gejala: nyeri kepala
hebat dan mendadak, kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi, ada
gejala atau tanda meninggal, papiledema terjadi bila ada perdarahan
subarakhnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau
arteri karotis interna.
D. Manifestasi
klinis
1. Stroke
hemoragik
- Defisit
neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi saat istirahat
atau bangun pagi
- Kadang
tidak terjadi penurunan kesadaran
- Terjadi
terutama usia >50 tahun
- Gejala
neurologis tergantung area dan berat ringannya gangguan pembuluh darahnya.
2. Stroke
akut
- Kelumpuhan
wajah atau anggota badan yang timbul mendadak
- Gangguan
sensibilitas pada satu anggota badan
- Perubahan
mendadak pada status mental (delirium, konfusi, letargi, stupor, atau koma)
- Afasia/
tidak lancar bicara
- Disartia/
pelo
- Ataksia
(anggota badan tidak tepat pada sasaran)
- Vertigo
(Batticaca,
2008)
E. Faktor
risiko
Beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke menurut Ginsberg (2008) diantaranya:
1. Umur
2. Riwayat
penyakit vaskuler dalam keluarga
3. Hipertensi
4. Diabetes
melitus
5. Merokok
6. Alkoholik
7. Hiperkolesterolemia
F. Pemeriksaan
diagnostik
1. Pemeriksaan
klinis melalui anamnesis dan pengkajian fisik neurologis
- Riwayat
penyakit sekarang (kapan timbul, lama serangan, gejala yang timbul)
- Riwayat
penyakit dahulu (hipertensi, jantung, DM)
- Riwayat
penyakit keluarga
- Aktivitas
(sulit aktivitas, kehilangan sensasi penglihatan, gangguan tonus otot, gangguan
tingkat kesadaran)
- Sirkulasi
(hipertensi, jantung, GGK)
- Makanan/cairan
(nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase akut, obesitas sebagai faktor
risiko)
- Neurosensorik
(sinkop, vertigo, sakit kepala, afasia, reaksi pupil tidak sama, hilang rasa
sensorik, penglihatan berkurang/ganda)
- Kenyamanan
(sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, gelisah)
- Pernapasan
(merokok sebagai faktor risiko, batuk)
- Interaksi
sosial (masalah bicara, tidak mampu komunikasi)
2. Pemeriksaan
penunjang
- Angiografi
serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
- CT-scan,
mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan
tekanan intrakranial
- MRI
(Magnetic Resonance Imaging), menunjukkan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena
- USG
doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena dan arterosklerosis
- EEG
(elektroensefalogram), mengidentifikasi masalah gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
3. Pemeriksaan
laboratorium
- Darah
rutin
- Gula
darah
- Urine
rutin
- Cairan
serebrospinal
- AGD
- Biokimia
darah
- Elektrolit
G. Komplikasi
Menurut
Corwin (2009), komplikasi yang dapat timbul akibat dari stroke adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan
otak yang berat
2. Kematian
H. Pencegahan
stroke
1. Hindari
merokok, kopi, dan alkohol
2. Pertahankan
BB ideal
3. Batasi
intake garam bagi penderita hipertensi
I. Penatalaksanaan
medis
1. Stroke
hemoragik
a) Terapi
stroke hemoragik pada serangan akut
- Saran
operasi diikuti dengan pemeriksaan
- Pengawasan
TD
- Kontrol
adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak
- Terapi
antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil
· Aminocaproic
acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali
selama 1-3 hari
· Antagonis
untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU
4 kali per hari IV, Contrical 2 kali per hari selama 5-10 hari
· Natrii
Etamsylate 250 mg sampai 10 hari
· Kalsium
mengandung obat: Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum
- Profilaksis
vasospasme
· Calcium-channel
antagonis (Nimotop 50 ml selama 10-14 hari)
· Awasi
peningkatan TD sistolik, koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit
jantung komorbid
· Profilaksis
hipostatik pneumonia, emboli pulmonal. Lakukan perawatan respirasi, jantung,
penatalaksanaan cairan dan elektrolit, kontrol terhadap tekanan edema jaringan
otak dan peningkatan TIK
· Terapi
infus, pemantauan AGD, keseimbangan asam basa, pemeriksaan biokimia darah
· Berikan
dexason (pada kasus tanpa DM, perdarahan internal) atau osmotik diuretik
(manitol 15% 299 mg IV diikuti oleh 20 mg lasix minimal 10-15 hari)
J. Penatalaksanaan
keperawatan
1. Pengkajian
- Perubahan
sensori
- Perubahan
pergerakan
- Defisit
neurologis menandakan adanya edema atau perdarahan serebral
- Perubahan
neurologis melalui pengkajian GCS
- Riwayat
penyakit masa lalu
- Tanda
vital
- Perubahan
fungsi sensorik, motorik, pupil, kesulitan bernapas, perkembangan visual,
afasia
- Hemiplegia,
aktivitas
2. Diagnosa
keperawatan
- Ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
- Kerusakan
mobilitas fisik b.d gangguan neurovaskuler
- Gangguan
komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral
- Defisit
perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis
- Risiko
penurunan curah jantung b.d kerusakan pada jaringan otak
Daftar pustaka:
Batticaca, Fransiska B. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2008
Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.
2009
Ginsberg, Lionel. Lecture Notes: Neurologi. Edisi Kedelapan. Alih bahasa Indonesia: Indah Retno Wardhani. Jakarta: Erlangga.
2008
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar