Kasus 3
Ny. A usia 27
tahun datang dengan keluhan depresi, insomnia, moon face, dan banyak tumbuh
rambut di bagian wajah. Ia juga mengalami episode depresi dan psikosis akut
setelah persalinan bayi normal tanpa komplikasi 9 bulan yang lalu.
Pengkajian fisik
Nadi 90 x/menit,
TD: 146/110 mmHg. Wajah bengkak dan tumbuh banyak rambut di bagian wajah, dan
kulit tampak kemerahan. Tidak obesitas bagian trunkal (bagian paha hingga mata
kaki), atropi peripheral atau striae.
A.
Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Secara anatomis kelenjar adrenal berbentuk triangular kecil,
terletak di ekstra peritoneal pada ujung atas kedua ginjal dan mempunyai berat
masing-masing 4-14 gram. Kelenjar adrenal sebelah kanan berbentuk piramidal
atau triangular, bagian posterior berbatasan dengan diafragma, bagian superior
dengan tepi posterior inferior lobus kanan hepar, bagian medial dengan tepi
kanan vena kava inferior. Alas piramida terletak pada permukaan anteromedial
ujung atas ginjal kanan. Kelenjar adrenal kiri berbentuk semilunar sedikit
lebih besar daripada kelenjar yang kanan. Bagian medial berbatasan dengan
lateral aorta abdominal, bagian posterior berbatasan dengan diafragma dan
nervus splanknikus.
Kelenjar adrenal terdiri dari korteks adrenal disebelah luar
dan medulla adrenal dibagian dalam. Korteks adrenal terdiri dari 3 (tiga) zona
yaitu :
a. Zona glomerulosa; suatu lapisan luar yang tipis menghasilkan
mineralikortikoid terutama aldosteron.
b. Zona fasikulata; suatu zona luas yang terdiri dari jaras-jaras
radial yang menghasilkan glukokortikoid terutama kortisol
c. Zona retikularis; suatu bagian berupa jala-jala yang membatasi
medulla, dan membentuk kortisol, androgen, dan estrogen.
Secara histologis korteks adrenal terdiri dari sel-sel epitel
besar yang mengandung lipid dinamakan sel foam yang tersusun melingkari
sinusoid-sinusoid. Korteks adrenal berasal dari mesodermal dan sudah dapat
dikenal sebagai organ yang terpisah pada janin berumur 2 bulan. Pada kehamilan
2 bulan komposisi korteks terdiri dari zona fetal dan zona defenitif yang
serupa dengan korteks adrenal pada dewasa. Waktu kehidupan fetal, adrenal
manusia besar dan dibawah pengawasan hipofisis, tetapi zona dari korteks yang
permanen hanya terdapat pada 20 % kelenjar, sisanya yang 80 % adalah korteks
adrenal fetal yang besar dan cepat mengalami degenerasi pada saat kelahiran.
- Fisiologi
Banyak senyawa
telah dihasilkan oleh korteks adrenal ( lebih kurang 40 macam) akan tetapi
hanya sebagian yang dijumpai dalam darah vena adrenal. Kerja fisiologis utama
dari hormon-hormon adrenal khususnya glukokortikoid adalah sebagai berikut:
a.
Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
yaitu memacu glikogeolisis, ketogenesis, dan katabolisme protein.
b.
Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan
glukosa, asam-asam lemak dan asam asam amino dalam sirkulasi. Dalam jaringan
perifer seperti otot, adipose dan jaringan limfoid, steroid adalah katabolik
dan cenderung menghemat glukosa, pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
c.
Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap
katekolamin.
d.
Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi ( inotropik positif)
e.
Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak, menyebabkan erosi selaput lendir.
f.
Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis, oleh
karena menghambat aktifitas osteoblast dan absorbsi kalsium di usus.
g.
Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal.
h.
Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada konsentrasi tinggi glukokortikoid menurunkan reaksi
pertahanan seluler dan khususnya memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah
trauma.
i.
Glukokortikoid menambah pembentukan surfaktan dalam paru-paru
dan telah digunakan untuk mencegah sindroma respiratory distress pada bayi
prematur
B. Definisi Sindrom Cushing
Sindrom
cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini
dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088)
C. Etiologi
Sindroma cushing dapat disebabkan oleh:
- Meningginya kadar ACTH
( tidak selalu karena adenoma sel basofil hipofisis).
- Meningginya kadar ATCH
karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya tumor paru, pankreas yang
mengeluarkan “ACTH like substance”.
- Neoplasma adrenal yaitu
adenoma dan karsinoma.
- Iatrogenik.
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan
gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.
D. Patofisiologi
Sindrom cushing di akibatkan sekresi kelebihan hormone
adrenokortikoid, adrenokortikoid mensekresikan hormone glukokortikoid,
mineralokortikoid, dan adrenoandrogen. Contoh glukokortikoid adalah kortisol,
kortisol yang disekresikan oleh bagian korteks adrenal ini mempunyai fungsi :
1.
Pada jaringan hati : merangsang glukoneogenesis
dan menghambat pengambilan glukosa dalam perifer (sehingga bila kelebihan
kortisol maka tubuh akan melakukan glukoneogenesis berlebih dan menghambat
pengambilan glukosa ke dalam sel perifer yang mengakibatkan hiperglikemia yang
dapat berlanjut ke Diabetes melitus)
2.
Di dalam hati hormone glukokortikoid ini juga
merangsang pembentukan plasma
3.
kortisol berfungsi meningkatkan pembentukan
eritrosit, trombosit, dan granulosit neutrofil, (sehingga jika kelebihan
kortisol maka akan terjadi polisitemia akibat terbentuknya eritrosit yang
berlebihan dan juga akan mengalami trombositosis akibat pembentukan berlebihan
dari trombosit)
4.
kortisol berfungsi menurunkan jumlah granulosit
eusinofil, granulosit basofil, limfosit, dan monosit, hormone ini juga, melalui
pembentukan protein lipokortin dan vasokortinm menekan pelepasan histamine,
interleukin, dan limfokin, menghambat pembentukan antibody (sehingga bila
kelebihan kortisol maka system imun kita akan turun)
5.
kortisol menekan inflamasi dengan menghambat
proliferasi jaringan, dan juga menghambta sintesis perbaikan jaringan (sehingga
gambaran penyakit cushing syndrome bila terjadi luka, maka lukanya susah untuk
sembuh)
6.
kortisol menyababkan penurunan kadar kalsium dan
fosfat di dalam plasma dengan menghambat kalsitriol (sehingga pada penderita
cushing syndrome bias terjadi osteoporosis)
7.
kortisol merangsang sensitisasi katekolaminpada
pembuluh darah dan jantung yg dapat menyebabkan tekanan darah meningkat,
dan juga dalam kadar tinggi kortisol dapat berperan sebagai mineralokortikoid
yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat
Kelebihan
mineralokortikoid pada cushing syndrome terutama aldosteron meningkatkan retensi
Na+ dan air di ginjal, dan memfasilitasi peningkatan tekanan darah merangsang
pengeluaran K+, mg2+, dan H+. Kelebihan androgen dapat
menyebabkan maskulinisasi dan amenore pada wanita, serta percepatan onset karakteristik
seks pada anak laki laki.
E. Manifestasi Klinis
Dapat
digolongkan menurut faal hormon korteks adrenal yaitu: cortisol, 17
ketosteroid, aldosteron dan estrogen.
1.
Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :
a.
Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.
b.
Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan
ekimosis.
c.
Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
d.
Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan
kifosis.
e.
Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
f.
Diabetes melitus.
g.
Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia.
2.
Gejala hipersekresi 17 ketosteroid :
a.
Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki ).
b.
Suara dalam.
c.
Timbul akne.
d.
Amenore atau impotensi.
e.
Pembesaran klitoris.
f.
Otot-otot bertambah (maskulinisasi)
3.
Gejala hipersekresi aldosteron.
a.
Hipertensi.
b.
Hipokalemia.
c.
Hipernatremia.
d.
Diabetes insipidus nefrogenik.
e.
Edema (jarang)
f.
Volume plasma bertambah
Bila
gejala ini yang menyolok, terutama 2 gejala pertama, disebut penyakit Conn atau
hiperaldosteronisme primer.
4.
Gejala hipersekresi estrogen (jarang)
Pada
sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala hipersekresi kortisol,
kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain. Umumnya mulainya penyakit ini tidak
jelas diketahui, gejala pertama ialah penambahan berat badan. Sering disertai
gejala psikis sampai psikosis. Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi
kelemahan, mudah infeksi, timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra.
Kematian disebabkan oleh kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan
jarang-jarang oleh koma diabetikum.
F. Klasifikasi
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1.
Tergantung ACTH
Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh
sekresi ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula
dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut
juga sebagai penyakit cushing.
2.
Tak tergantung ACTH
Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu
terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak
jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan
pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus.
G. Komplikasi
1.
Krisis Addisonia
2.
Efek yang merugikan pada aktivitas
koreksi adrenal
3.
Patah tulang akibat osteoporosis
H. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati
limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3. eosinofil
50/ mm3 hiperglekemi (Dm terjadi pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
2.
Pemeriksaan laboratorik diagnostik.
Pemeriksaan kadar kortisol
dan “overnight dexamethasone suppression test” yaitu memberikan 1 mg
dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol
plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi
kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid
dalam urin 24 jam.
3.
Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau
karsinoma :
a.
Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17
hidroxi kostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X
0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak
ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x
2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada
supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi
kemungkinan adenoma atau karsinoma.
b.
Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat
pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi,
kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan
karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine.
c.
Pengukuran kadar ACTH plasma.
d.
Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar
sampai 2 – 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan
sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH
adalah hipofisis / ektopik.
1.
Jika dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan reseksi
tumor tranfenoida.
2.
Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak
dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada
kelenjar hipofisis.
3.
Jika dijumpai tumor pada adrenal, dapat dilakukan
adrenalektomi total yang selanjutnya pasien diberikan pemberian kortisol dalam
dosis fisiologik.
4.
Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul
kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.
5.
Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide bisa
mensekresikan kortisol.
6.
obat-obatan kimia yang mampu menyekat terbentuknya kortisol : ketokonazole,
aminoglutetimid
7.
obat-obatan yang mampu merusak sel-sel korteks adrenal : mitotane
J.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas Klien
Identitas klien
meliputi nama, jenis kelamin, tempat/tgl
lahir , umur,
pendidikan, agama, alamat, tanggal masuk RS. Lebih lazim sering terjadi
pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan
30 tahun
b.
Keluhan Utama
Adanya memar
pada kulit, pasien mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah
pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka waktu yang
lama.
d.
Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah
keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom.
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
B1 (Breath)
Inspeksi :
Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, pergerakan dada simetris Palpasi : Vocal
premitus teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara
sonor
Auskultasi :
Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
b.
B2 (Blood)
Perkusi pekak,
S1 S2 Terdengar tunggal, hipertensi, TD meningkat.
c.
B3 (Brain)
Composmentis
(456), kelabilan alam perasaan depresi sampai mania
d.
B4 (Bladder)
Poliuri, kadang
terbentuk batu ginjal, retensi natrium.
e.
B5 (Bowel)
Terdapat
peningkatan berat badan, nyeri pada daerah lambung, terdapat striae di daerah
abdomen, mukosa bibir kering, suara redup.
f.
B6 (muskuloskeletal dan integumen)
Kulit tipis,
peningkatan pigmentasi, mudah memar, atropi otot, ekimosis, penyembuhan luka
lambat, kelemahan otot, osteoporosis, moon face, punguk bison, obesitas tunkus.
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN dan KH
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Resiko
cedera b.d kelemahan dan menurunnya
matriks
Ditandai
dengan : atropi peripheral, tidak
obesitas bagian trunkal, osteoporosis, matrik tulang menurun
|
Tujuan : menurunkan resiko cidera
KH :
Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
|
Mandiri
1. Ciptakan
lingkungan yang protektif
2. Bantu
klien ambulasi
Kolaborasi
1.
Kolaborasi dengan tim gizi dengan pemberian diet tinggi
protein, kalsium, dan vitamin D
|
1. Mencegah
jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
2. Mncegah
terjatuh atau terbentur pada sudut furniture yang tajam.
1. Meminimalkan
penipisan massa otot dan osteoporosis.
|
|
Gangguan
intregritas kulit b.d kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan
kulit.
Ditandai
dengan : striae, kulit tipis, rapuh, tampak merah, mudah memar, luka-luka
sembuh lambat.
|
Tujuan
:
Menurunkan
resiko terjadinya lesi/ penurunan integritas pada kulit
KH
: Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit, menunjukkan perilaku/teknik
untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
|
Mandiri
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,
vaskular.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan
membran mukosa.
3. Inspeksi area tergantung edema.
4. Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
5. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian matras busa.
|
1. menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang
dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
2. mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan
yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
3. jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4. lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan
kering, robekan kulit.
5. mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan
evaporasi lembab pada kulit.
1. menurunkan tekanan lama pada jaringan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar