ASUHAN
KEPERAWATAN
Kasus 1
Tn.
K usia 45 thn berkerja wiraswastawan, bangun tidur dipagi hari mengeluh tidak
bisa berjalan. Sebelumnya dia mengalami
diare-diare 2hari dan demam kira-kira 1 minggu sebelumnya. Sebelum sakit Tn
kamto sangat aktif baik dalam pekejaannya, olahraga lari pagi, berkebun,
mengendarai kendaraan dan merawat dirinya.dia belum pernah dirawat di RS
sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik tidak di temukan tanda-tanda obyektif yang
menunjukan stroke. Dua hari kemudian kondisi
Tn. K bertambah buruk , tidak mampu menelan air liurnya, kelemahan pada
kedua ekstermitas atasnya dan akhirnya menggunakan alat bantu pernafasan
(ventilator) dan kemungkinan dipasang tracheostomi. Hasil lumbal punctie pada
cairan cerebrospinal di temukan protein tinggi dan tekanan meningkat, leokositosis.
1. PENGKAJIAN
a.
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis
secara simetris yang biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan
selanjutnya berkembang dengan cepat kearah atas.Hilangnya kontrol motorik halus
tangan
Tanda : Klemahan otot, paralisis flaksid (
simetris)
Cara berjalan tidak mantap
b.
SIRKULASI
Tanda : Perubhan tekanan darah (
hipertensi/hipotensi )
Disritmia, takikardia/bradikardia
Wajah kemerahan, diaforesis
c.
INTEGRITAS/EGO
Gejala : Perasaan cemas dan terlalu
berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi.
Tanda : Tampak takut dan binggung
d.
ELIMINASI
Gejala : Adanya perubahan pola eliminasi
Tanda : Kelemahan otot-otot abomen.
Hilangnya sensasi anal ( anus ) atau berkemih
dan refleks sfingter.
e.
MAKANAN DAN CAIRAN
Gejala : Kesulitan dalam mengunyah dan menelan
Tanda : Gangguan pada refleks menelan
f. NEUROSENSORI
Gejala : Kebas kesemutan yang dimulai dari
kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya terus naik
Perubhan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi,
sensasi nyeri, sensasi suhu.
Perubahan ketajaman penglihatan.
Tanda : Hilangnya/ menurunnya refleks tenon
dalam.
Hilangnya tonus otot, adanya masalah
keseimbangan.
Adanya kelemahan pada otot-otot wajah,
terjadi ptosis kelopak mata- ( keterlibatan saraf kranial)
Kehilangan kemampuan untuk berbicara
g. NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Nyeri tekan pada otot; seperti
terbakar , sakit, nyeri ( terutama pada bahu,pelvis, pinggang , punggung dan
bokong ) Hipersensitif terhadap sentuhan.
h. PERNAPASAN
Gejala : Kesulitan dalam bernapas, napas
pendek.
Tanda : Pernapasan perut, mengunakan otot
bantu napas, apnea penurunan/ hilangnya bunyi napas.
Menurunnya kapasitas vital paru
Pucat/sianosis
Gangguan refleks menelan/batuk
i.
KEAMANAN
Gejala : Infeksi virus nonspesifik ( seperti;
infeksi saluran pernapasan atas ) kira-kira 2 minggu sebelum munculnya tanda serangan.
Adanya riwayat terkena herper zoster,
sitomegalovirus
Tanda : Suhu tubuh berfluktuasi ( sangat
tergantung pada suhu lingkungan
Penurunan kekuatan/tonus otot, paralisis atau
parastesia.
j.
INTERAKSI SOSIAL
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk
berbicara/berkomunikasi.
2. Pemeriksaan Sistem Syaraf Kranial
Syaraf kranial
|
Fungsi
|
Hasil
|
I
(Olfaktorius)
|
Sensasi bau
|
Normal
|
II ( Optikus)
|
Pengelihatan
|
Dengan
Snelen: buram
|
nervus III,
IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
|
Gerakan mata,
konstriksi pupil, otot siliaris
|
Noemal
|
V (
Trigeminal)
|
Sensasi
Wajah, reflek Kornea, Mengunuyah
|
Sensasi
wajah: Nampak kaku
Kornea:
Normal
Mengunyah :
agak kaku
|
VII
Vestibokokulear
|
Keseimbangan
dan pendengaran
|
Pendengeran:
Normal
Keseimbangan:
tidak bisa berdiri
|
IX
Glosofaringeus
|
Rasa kecap
|
Kemempuan
menggerakan lidah kaku, namun masih bisa merasakan rasa asin, manis, pait
|
X( vagus)
|
Konstraksi
Faring, vita suata
|
Klien
mengatakan ada hambatan untuk menelan.
|
XI
(Aksesorius)
|
Gerekan Otot
Streno
|
Merasa
seperti susah menggerakan
|
XII
(Hipohlosus)
|
Gerakan lidaj
|
kaku
|
3. Perhitungan
Pemeriksaan reflek
Reflek
|
Nilai Normal
|
Hasil
|
Bisep
|
+2
|
+1
|
Trisep
|
+2
|
+1
|
Brakhialis
|
+2
|
+1
|
Patella
|
+2
|
0
|
Angkle
|
+2
|
0
|
Konstraksi
Abdominal
|
+2
|
+1
|
Babinski
|
+2
|
0
|
4. Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
|
Normal
|
Hasil
|
Keterangan
|
Lumba Pungsi
|
|
Peningkatan
protein
>430 Mg/L
|
Terjadinya
lisis myelin di otak
|
EMG
|
|
hilangnya H-refleks, CMAP sensorik dengan amplitudo rendah atau hilang
dan F-wave yang abnorma
|
Penemuan elektrodiagnostik yang cenderung kearah GBS
|
EKG
|
|
kelainan pada T-wave, depresi ST, melebarnya QRS dan berbagai
gangguan pada ritme jantung
|
Kelainan
hantaran syaraf ke jantung, karena hilangnya mielin
|
3. Clusterring Data
DS
|
DO
|
Klien mengatakan :
·
bangun tidur dipagi hari mengeluh tidak bisa
berjalan
·
sangat aktif baik dalam pekerjaaannya, olah
raga lari pagi, berkebun, mengendarai kendaraan dan merawat dirinya
·
Sebelumnya klien mengalami diare-diare 2
hari dan demam kira-kira 1 minggu sebelumnya
·
sangat aktif baik dalam pekerjaaannya
·
Dia belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya
·
Tn Kanto usia 45 tahun
·
Sesak dalam bernapas
|
Klien terlihat :
·
bertambah buruk,
·
tidak mampu menelan air liurnya,
·
kelemahan pada kedua ekstremitas atasnya dan
·
akhirnya menggunakan alat bantu pernafasan
(ventilator) dan kemungkinan dipasang tracheostomi
·
Hasil Lumbal punctie pada cairan
serebrospinal ditemukan protein tinggi dan tekanan meningkat,
·
leukositosis.
·
TD: 160/90 mmHg
·
N: 90x/mnt
·
RR: 40x/menit
·
suhu 37,8oC
·
Berat Badan : 48 kg
·
TB : 167 cm
|
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan & KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
|
Pola nafas tidak efektif Berhubungan
dengan paralisis otot pernafasan
Ditandai dengan
DS :
·
klien mengatakn Sesak dalam bernapas
DO :
·
menggunakan alat bantu pernafasan
(ventilator)
·
TD: 160/90 mmHg
·
N: 90x/mnt
·
RR: 40x/menit
·
suhu 37,8oC
Gangguan kerusakan mobilitas fisik Berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler Ditandai
dengan
DS :
·
Klien mengatakan bangun tidur dipagi hari
mengeluh tidak bisa berjalan
·
Klien merasa baal
DO :
·
Klien terlihat bertambah buruk
·
kelemahan pada kedua ekstremitas atasnya
·
tidak mampu menelan air liurnya
|
Tujuan :
setelah 1x24 jam dilakukan tindakan fugsi pernafasan adekuat sesuai
dengan kebutuhan individu.
KH :
Tak ada tanda distress Pernafasan
RR : 20x/mnt
GDA dalam batas normal.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam kerusakan mobilitas
fisik dapat berkurang
KH :
-
Klien dapat mempertahankan kekuatan otot sup
2/2, inf 2/2
-
Tidak ada laporan atrofi otot dan atau
trombosis vena.
-
Pergerakan miring kiri-kanan dengan dibantu.
|
Mandiri :
· Pantau frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan pernafasan. Catat
peningkatan kerja nafas dan observasi warna kulit dan membran mukosa.
· Kaji adanya perubahan sensasi terutama adanya penurunan respon pada
daerah lengan atas/ bahu.
· Catat adanya kelelahan pernafasan selama berbicara (kalau pasien masih
dapat berbicara)
· Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pasien pada posisi duduk
bersandar.
Kolaborasi :
· Berikan obat/ bantu dengan tindakan pembersihan pernafasan, seperti
latihan pernafasan, perfusi dada, vibrasi, dan drainase postural.
· Kaji susunan ventilator secra rutin dan yakinkan sesuai indikasi
·
observasi persentasi konsentrasi
oksigen , yakinkan bahwa aliran olsigen tepat , awasi analisa oksigen atau
lakukan analisa oksigen periodic
Mandiri :
·
Kaji kekuatan motorik / kemampuan secara fungsional
dengan menggunakan skala 0-5.
·
Berikan posisi pasien yang menimbulkan rasa
nyaman . Lakukan perubahan posisi dengan jadwal yang teratur sesuai kebutuhan
secara individual
·
Sokong ekstrimitas dan persendian dengan
bantal
·
Lakkukan latihan rentang gerak pasif .
Hindari latihan aktif selama fase akut
·
Koordinasikan asuhan yang diberikan dan
periode istirahat tanpa gangguan
·
Anjurkan untuk melakukan latihan yang terus
dikembangkan dan bergantung pada toleransi secara individual
Kolaborasi :
·
Konfirmasikan dengan / rujuk kebagian terapi
fisik / terapi okupasi
|
·
Peningkatan distress pernafasan menandakan
adanya kelelahan pada otot pernafasan atau paralisis yang mungkin memerlukan
sokongan dari ventilasi mekanik.
·
Penurunan sensasi seringkali (walaupun tidak
selalu) mengarah pada kelemahan motorik yang mempengaruhi otot intercostal.
Oleh karena itu tangan/ lengan yang terkena seringkali mengarah pada masalah
gaagal nafas.
·
Merupakan indikator yang baik terhadap gangguan
fungsi pernafasan atau menurunnya kapasitas vital
·
Meningkatkan ekspansi paru dan usaha batuk,
menurunkan kerja pernafasan dan membatasi terjadinya risiko aspirasi secret
·
Memperbaiki ventilasi dan menurunksn
atelektasis dengan memobilisasi sekret dan meningkatkan ekspansi alveoli
paru.
·
Mengontrol /menyusun alat sehubungan dengan
penyakit utama pasien dan hasil pemeriksaan diagnostik untuk mempertahankan
parameter dalam batas benar
·
Nilai untuk mempertahankan persentase
oksigen yang dapat diterima dan saturasi untuk kondisi pasien ( 21% sampai
100% ) . Karena mesin tidak selalu akurat, analiser oksigen dapat digunakan
untuk memastikan apakah pasien menerima konsentrasi oksigen yang diinginkan
·
Menentukan perkembangan/ munculnya kembali
tanda yang menghambat tercapainya tujuan / harapan pasien
·
Menurunkan kelelahan , meningkatkan
relaksasi . Menurunkan resiko terjadinya iskemia / kerusakan pada kulit
·
Mempertahankan ekstrimitas dalam posisi fisiologis
, mencegah kontraktur
·
Menstimulasi sirkulasi., meningkatkan tonus
otot dan meningkatkan mobilisasi sendi
·
Penggunaan otot secara berlebihan dapat
meningkatkan waktu yang diperlukan untuk remielinisasi , arenanya dapat
memperpanjang waktu untuk penyembuhan
·
Kegiatan latihan pada bagian tubuh yang
terkena yang ditingkatkan secara bertahap / terprogram , meningkatkan fungsi
organ secara normal dan memiliki efek psikologis yang positif
·
Bermanfaat dalam menciptakan kekuatan otot
secara individual /latihan terkondisi dan program latihan berjalan dan
mengidentifikasi alat bantu untuk mempertahankan mobilisasi dan kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari- hari
|
3
|
Nutrisi perubahan: Kurang dari
kebutuhan b.d kerusakan otat vagus
|
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam kekurangan nutrisi tidak
terjadi.
KH :
Menunjukan berat badan stabil, normalisasi nilai-nilai lab, tidak
Tanda-tanda mal nutrisi
|
·
Kaji kemampuan mengunyah, menelan, batuk
pada keadaan teratur
·
Auskultasi bising Usus
·
Catat masukan kalori tiap hari
·
Timbang BB tiap hari
Kolaborasi
·
Berikan makanan TKTP
·
Pasang pertahankan selang NG. berikan
makanan enteral
|
·
Kelemahan otot yang hipotensi menunjukan
kebutuhan akan penggunaan NGT
·
Perubahan pungsi lambung dapat terjadi
akibat paralisis
·
Mengidentifikasi kekurangan makanan dan
kebutuhannya
·
Mengkaji keefektipan aturan diet
·
Makanan suplementasi dapat meningkatkan
pemasukan nutrisi
·
Diaberikan jika pasien tidak bisa menelan
|