1. Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon
paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang merupakan suatu
polopeptida linier dengan berat molekul 9500 yang terdiri atas 84 asam amino.
PTH bersama-sama dengan Vit D3, dan
kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Hormon
paratiroksin adalah suatu kesatuan hormon yang diperlukan untuk menaikkan
kalsium serum sebanyak 1mg% dalam waktu 16-18 jam. Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar
kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. Kadar normal PTH utuh
dalam plasma adalah 10-55 pg/ml. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada
tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya
menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan
aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis
kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004,
695).
A. Hiperparatiroidisme
1.
Pengertian
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya
produksi hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan
dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Secara umum hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu
hiperparatiroidisme primer dan sekunder, namun masih ada
jenis hiperparatiroid tersier yang merupakan lanjutan dari hiperparatiroid
sekunder dan intoksikasi hiperparatiroid akut, tapi ini jarang terjadi. Hiperparatiroidisme
primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki
dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme
sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis.
Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar
paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath,
2001)
2. Klasifikasi
hiperparatiroid
a. Hiperparatiroid
primer
Kebanyakan pesakit yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi
serum hormon paratiroid yang tinggi. Kira-kira 85% dari keseluruhan
hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya
melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hiperplasia).
Sedikit hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
b. Hiperparatiroid sekunder
Hiperparatiroid sekunder merupakan
suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid meningkat lebih banyak dibanding
dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat sebagai proses
kompensasi. Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada
keempat kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells. Biasanya penyebab utama adalah kegagalan ginjal menahun,
dan glomerulonefritis atau pyelonefritis menahun.
c. Hiperparatiroid
tersier
Istilah hiperparatiroid tersier
digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe sekunder, dimana terjadi
autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid primer, maka bentuk
tersier memerlukan tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila
kegagalan ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis terlebih
dahulu kemudian disusul ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D kadang-kadang
masih diperlukan untuk mencegah terjadinya hipokalsemia.
3. Etiologi
1.
Primer (sekresi PTH tidak sesuai )
§ Adenoma (tersering
> 80 %)
§ Hiperplasi
-
mungkin familial
-
mungkin disertai dengan neoplasia endokrin multiple
-
mungkin familial dan disertai dengan kalsium
urin rendah (hiperkalsemi hipokalsiurik familial)
§ kira – kira 50% tanpa
gejala
2.
Sekunder (sekresi PTH sesuai)
§ Gagal ginjal kronik
§ Malabsorbsi
- kelainan
gastrointestinal
- kelainan hepatobilier
§ Penyebab lain dari
hipokalsemi
3.
Tersier (sekresi PTH autonom ditambah dengan
hiperparatiroid sekunder terdahulu)
§ Sangat jarang
§ Hipernefroma
§ Karsinoma sel
skuamuosa paru
4. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme
dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia atau neoplasma
paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal
ginjal kronis.
Pada 80% kasus,
hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak; 18% kasus
diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasus disebabkan oleh
karsinoma paratiroid (damjanov,1996). Normalnya terdapat empat kelenjar
paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu
kelenjar, dengan kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia paratiroid, keempat
kelenja membesar. Karena diagnosa adenoma atau hiperplasia tidak dapat
ditegakan preoperatif, jadi penting bagi ahli bedah untuk meneliti keempat
kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi salah satu kelenjar tersebut mengalami
pembesaran adenomatosa, biasanya kelenjar tersebut diangkat dan laninnya
dibiarkan utuh. Jika ternyata keempat kelenjar tersebut mengalami pembesaran
ahli bedah akan mengangkat ketiga kelelanjar dan meninggalkan satu kelenjar
saja yang seharusnya mencukupi untuk mempertahankan homeostasis kalsium-fosfat.
Hiperplasia paratiroid
sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer, karena keempat kelenjar
membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid dan hiperfungsinya
adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi format dan
hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang
disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti pada riketsia, dapat mengakibatkan
dampak yang sama.
5. Manifestasi Klinik
Pasien mungkin tidak
atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem
organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah,
konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan
dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis dapat
bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga keadaan
psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta sistem
saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan
saraf dan otot.
6. Pengkajian untuk hiperparatiroid
Tidak tedapat
manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid. Diperlukan riwayat kesehatan
yang lengkap dari klien untuk mencari apakah terdapat factor resiko.
7. Terapi
a. Infus
NaCl 0,9% 2000cc/24 jam
b. Kalsitonin
200 IU IM
c.
Bisfosfonat 65 mg IV/6jam
d.
Diet TKTP 2000 kal
8. Komplikasi
a.
Peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
b.
Dehidrasi
c.
batu ginjal
d.
hiperkalsemia
e.
Osteoklastik
f.
osteitis fibrosa
cystica
9. Penatalaksanaan medis
Pengobatan
hiperparatiroid primer dilakukan apabila diagnosis sudah pasti,
penatalaksanaannya
sebagai berikut :
1. Pembedahan
yaitu dengan ekstirpasi tumor sedini mungkin . Kontra indikasi
operasi hanyalah pada keadaan
Terminal anuric renal failure.
2. Medikamentosa
: terapi ini terdiri atas diet banyak kalsium, serta cukup vitamin D.
3. Pada
pascabedah, kadar kalsium serum menurun pada 24-48 jam pertama, tapi akan menjadi normal kembali.
4. Prognosis
cukup baik bila diagnosis penyakit cepat ditegakkan dan tumor di
ekstirpasi sedini mungkin. Setelah
tumor diekstirpasi, tulang-tulang akan menjadi normal kembali. Prognosis
bergantung juga pada keadaan fungsi ginjalnya. Terjadinya hiperparatiroid
rekuren sesudah 5 tahun operasi, rata-rata hanyalah 15 %.
Diagnosa
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri b.d Agen
cidera fisik (penyakit kista tulang)
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang / hilang
KH:
· Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen
nyeri
·
Mampu mengenal nyeri
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
Mandiri
·
Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan factor- factor predisposisi
·
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan , khususnya
dalam
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif
·
Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
·
Anjurkan penggunaan tekhnik non farmakologi (ex: relaksasi, guided
imagery, terapi
musik, distraksi,aplikasi panas-dingin, masase, dll)
·
Mempertahankan mobilisasi ekstremitas, contohnya ambulasi dan terapi
fisik
Kolaborasi
·
Berikan anelgetik untuk mengurangi nyeri
|
·
Bermanfaat dalam evaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentukan efektifitas terapi
·
Isyarat non verbal dapat menunjukkan perasaan nyeri pasien.
Pasien biasanya mengekspresikan nyeri
nya dengan mimik wajah, gerakan tubuh dll
·
Komunikasi terapeutik dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi klien
·
Membantu pasien untuk mengatasi nyeri atau rasa tidak nyaman secara
lebih efektif
·
Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang sakit
·
Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman
|
Smeltzer, Suzzanne
C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8.Jakarta:
EGC.
Doenges, Marilynn E.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Ganong.1998.Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
http://www.totalkesehatananda.com/hipoparatiroid.html diakses pada 14 november 2011 pukul 20:12
http://www.scribd.com/doc/59443084/ASKEP-Hipoparatiroid diakses pada 14 november 2011 pukul 21:29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar