BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampai saat ini telah di ketahui
beberapa nyamuk sebagai vector dengue, walaupun Aedes aegypti di
perkirakan sebagai vector utama penyakit dengue hemorrahagic fever (DHF),
pengamatan epidemiologis dan percobaan penularan di laboratorium membuktikan
bahwa Ae.Scuttelaris dan Ae.Polinesiensis yang terdapat di kepulauan pasifik
selatan dapat menjadi vector demam dengue. Di kepulauan Rotuma di daerah Fiji
padawa itu terjadi wabah demam dengue pada tahun 1971 – 1972. Ae.retumae di
laporkan satu-satunya vector yang ditemukan.
Di Indonesia, walaupun vector DHF belum
di selidiki secara luas. Ae.Aegypti diperkirakan sebagai vector terpenting di
daerah perkotaan, sedangkan Ae.albopictus di daerah pedesaan.
Di
Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah
itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa,
dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini
Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975
penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Oleh karena itu sudah
seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali
dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka
kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan.
Infeksi virus dengue pada manusia
terutama pada anak mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit ringan (mild undifferentiated febrile illness),
dengue fever, dengue hemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syindrome (DSS);
yang terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan renjatan dan perdarahan
hebat . gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di samakan dengan
sebuah gunung es. DHF dan DSS sebagai kasus - kasus yang dirawat di rumah sakit
merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas permukaan laut, sedangkan
kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent dengue infection)
merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang
dijumpai di Rumah sakit, telah terjadi 150 – 200 kasus silent dengue infection.
Demam dengue adalah demam virus akut
yang di sertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel
darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF)
adalah demam dengue yang di sertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada
keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam
syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut dengue shock
syndrome (DSS).
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mengikuti presentasi ini, di harapkan
mahasiswa dapat memberikana asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF
(dengue hemorrhagic fever) dengan
baik.
1.2.2 Tujuan khusus
a.
Mahasiswa
dapat memahami anatomi fisiologi system hematologi
b.
Mahasiswa
dapat menjelaskan Definisi penyakit DHF
c.
Mahasiswa
dapat menjelaskan etiologi DHF
d.
Mahasiswa
dapat menjelaskan manifestasi klinis DHF
e.
Mahasiswa
dapat menjelaskan patofisiologi DHF
f.
Mahasiswa
dapat menyebutkan pemeriksaan penunjang penyakit DHF
g.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pencegahan penyakit DHF
h.
Mahasiswa
dapat menerapkan penatalaksanaan penyakit DHF
i.
Mahasiswa
dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit DHF
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR DHF
2.1.1 Anatomi Fisiologi
Darah merupakan
salah satu komponen penting Yang ada di dalam tubuh manusia. Sebab darah
berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang di butuhkan tubuh, kemudian
mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme untuk di buang. ada empat fungsi
utama darah, yaitu memberikan suplai oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa
nutrisi, membersihkan sisa-sisa metabolisme dan membawa zat antibody.
A. Komposisi darah
Darah
kita mengandung beberapa jenis sel yang yang tersangkut di dalam cairan kuning
yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung
sari makanan, protein, hormone, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.
Ada
3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit)
dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih di sebut juga
korpuskel
1. Sel darah merah
Sel darah merah
berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel
darah merah yang di hasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah
terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari
mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin
rapuh, kehilangan bentuk dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran
mula-mula.
Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah
disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir
ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat
karbondioksida.
Sel darah merah
yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan
limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos
dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat
bulan sekali.
2. Sel darah putih
Sel darah putih
jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam setiap 13 darah
adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki
inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah,
membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.
Sel darah putih
adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel darah putih yang
terbanyak adalah neutrofil (60%). Tugasnya adalah memerangi bakteri
pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu
butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan
mencegah bakteri berkembang biak.
Sel darah putih
mengandung 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur
pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Basofil
yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan
darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah
trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang membantu
tubuh memerangi penyakit.
Monosit
bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah
putih.
B. Pembekuan darah
Proses
yang mencegah kehilangan darah dari badan melalui luka disebut hemostasis dan
proses ini terdiri dari tiga stadium yang bekerja bersama-sama, yaitu :
1. Spasme vaskuler : penyempitan lumen
pembuluh darah yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.
2.
Pembentukan
sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.
3.
Pembekuan
fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk merekat pembuluh
yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat (Watson, 2001)
C.
Fungsi
darah
1.
Mengedarkan
sari-sari makanan keseluruh tubuh
2.
Mengedarkan
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3.
Mengangkut
karbondioksida ke paru-paru
4.
Mengedarkan
hormone
2.1.2 Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief
Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
(Ngastiyah, 1995 ; 341).
Demam berdarah dengue adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan
empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian. (Rohim dkk, 2002 ; 45)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).
2.1.3 Etiologi
A. Virus dengue
Virus dengue
yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn
virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4
keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel
aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
B. Vektor
Disebabkan oleh
virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau
virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus flavivirus
dari family flaviviridae Vector utama penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Ciri-ciri nyamuk
:
·
Sayap
dan badannya belang-belang.
·
Berkembang
biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah.
·
Jarak
terbang ±100m.
·
Nyamuk
betina bersifat “multiple biters”
·
Tahan
dalam suhu panas dan kelembapan tinggi
Nyamuk yang
menjadi vector penyakit ini adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia.
Virus berkembang
dalam tubuh nyamuk 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya. Dalam tubuh
manusia, berkembang sekama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit
DBD. Virus memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama
satu minggu.
Host
Jika seseorang
mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan
imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue
dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
penyakit DBD :
· Imunitas penjamu
· Kepadatan populasi nyamuk
· Transmisi virus dengue
· Virulensi virus
· Keadaan geografis setempat.
Faktor resiko:
·
Kelompok umur yang
sering terkena adalah anak-anak umur <15 tahun
·
Anak sekolah yang pagi
dan siang hari berada di sekolah
·
Tinggal dilingkungan
lembab, serta daerah kumuh
· Daya
tahan tubuhnya yang sedang menurun.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi,
WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat, yaitu :
Derajat I
Derajat I
Demam disertai gejala-gejala umum
yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan, serta perdarahan 2-7 hari. Uji tourniquet
positif, trombositipenia,
dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Derajat II
Gejala-gejala derajat I, disertai
gejala-gejala perdarahan kulit spontan, seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah (>120x/mnt ), tekanan nadi
menyempit (< 120 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin
dan lembab, gelisah.
Derajat IV
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak teraba
dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas
mulai dari asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam
berdarah dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok
dengue, SSD).
Spektrum
Klinis
|
Manifestasi
Klinis
|
DD
|
·
Demam akut selama 2-7 hari,
disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
·
Dapat disertai trombositopenia.
·
Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan
(saat suhu turun), klinis membaik.
|
DBD
|
·
Demam tinggi mendadak selama 2-7
hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
·
Uji torniquet positif.
·
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
·
Perdarahan mukosa/saluran
cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hematuri.
·
Hepatomegali.
·
Perembesan plasma: efusi pleura,
efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal.
·
Trombositopenia.
·
Hemokonsentrasi.
·
Hari ke 3-5 ==> fase kritis
(saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok
|
SSD
|
• Manifestasi
klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :
• Anak
gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
• Nafas
cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
• Tekanan
darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
• Akral
dingin, capillary refill turun.
• Diuresis
turun, hingga anuria.
|
2.1.6 Komplikasi
a.
DHF mengakibatkan
pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung,
paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta
menyebabkan kematian.
b.
Ensepalopati.
c.
Gangguan kesadaran yang
disertai kejang.
d.
Disorientasi, prognosa
buruk.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a.
Darah
-
Trombositopeni
( 100.000/mm3
-
HB meningkat
lebih 20 %
-
HT meningkat lebih 20 %
-
Leukosit
menurun pada hari ke 2 dan ke 3
-
Protein darah
rendah
-
Ureum PH bisa
meningkat
-
NA dan CL
rendah
b.
Serology
: HI (hemaglutination inhibition test) Ã respon antibody sekunder
- Uji serologi memakai serum ganda.
Serum
yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue
sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK),
uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
-
Uji
serologi memakai serum tunggal.
c.
Rontgen
thorax
1.
Vaskular marking bertambah
(engorgement)
2.
Cloudy (radio opak) hemitoraks kanan
3.
Sinus kardiotorasik tumpul
4.
Kubah diafragma kanan > tinggi dp
kiri
5.
Efusi pleura
d.
Uji
test tourniket (+)
· Manset 2/3 lengan atas
· Pertahankan
antara
sistolik & diastolik
· Tunggu 5 menit
· Positif
bila petekie <
20 / inch atau 2,5 cm2
2.1.8 Penatalaksaan DHF Pada Anak
Penatalaksanaan
1.
Tirah baring
2.
Pemberian
makanan lunak .
3.
Pemberian
cairan melalui infus.
menurut UPF IKA,
1994 ; 203 – 206 adalah:
Hiperpireksia
(suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12
bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun
: 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10
tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun
keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan ringer laktat dengan dosis
75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 kg
bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
b.1 Untuk kasus yang menunjukan gejala
dehidrasi disarankan minum sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.
b.2 Apabila anak tidak suka minum sama
sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
· 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan
BB < 25 Kg
· 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
26-30 kg
· 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
31-40 kg
· 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
41-50 kg
4.
Obat-obatan
lain :
- antibiotika apabila ada infeksi sekunder
lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari jika perdarahan
hebat.
5.
Anti konvulsi jika terjadi
kejang
6.
Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7.
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8.
Monitor tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut
9.
Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
- Umur: DHF merupakan penyakit daerah
tropik yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa ( Effendy,
1995 ).
- Jenis kelamin : secara keseluruhan tidak
terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan
pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
- Tempat tinggal : penyakit ini semula
hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian menyebar kehampir seluruh
kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang
padat dan dalam waktu relatif singkat.
2.
RIWAYAT
KEPERAWATAN
P (Provocative): Virus dengue.
Q (Quality): Keluhan dari ringan sampai
berat.
R (Region): Semua sistem tubuh akan
terganggu.
S (Severity): Dari Grade I, II, III
sampai IV.
T (Time): Demam 5 – 8 hari, ruam 5 – 12
jam.
3.
Keluhan
Utama
Penderita
mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.
4.
Riwayat
Keperawatan Sekarang
Panas tinggi
(Demam) 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise,
mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati dan
penurunan nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan.
5.
Riwayat
Keperawatan Sebelumnya
Tidak ada
hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF
yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu
bisa terulang.
6.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya
penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau
beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
7.
Riwayat
Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan
oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:
b.3
Aedes
aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih,
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100
meter.
b.4
Aedes
albapictus.
8.
Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangan :
Tahap
pertumbuhan
Perhitungan
Berat badan :
v Umur 1 – 6 tahun
= Umur (tahun) X 2 - 8 : 2
Perhitungan
Panjang badan :
v Umur 2 – 12 tahun = Umur (tahun) X 6 - 77
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak
a.
Faktor Keturunan
yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang tuanya.
b.
Faktor Hormonal : banyak hormon
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling
berperan adalah Growth Hormon (GH).
c.
Faktor Gizi : Dengan adanya
tingkatan tumbuh kembang tadi akan terdapat rawan gizi. Dengan kata lain untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan gizi yang baik.
d.
Faktor Lingkungan
- Lingkungan
fisik; termasuk sinar matahari, udara segar, sanitas, polusi, iklim dan
teknologi
- Lingkungan
biologis; termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan. Lingkungan sehat lainnya
adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
- Lingkungan
psikososial; termasuk latar belakang keluarga, hubungan keluarga.
e.
Faktor sosial budaya
- Faktor ekonomi,
sangat memepengaruhi keadaan sosial keluarga.
- Faktor politik
serta keamanan dan pertahanan; keadaan politik dan keamanan suatu negara juga
sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang anak.
Tahap Perkembangan
a.
Tahap perkembangan anak menurut Erik Erikson
Initiative VS Guilt,prescholl/usia
prasekolah 4 – 6 ahun;Pada tahap ini anak diperboleh kan memiliki insiatif
dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif,bila dilarang/diomeli serta
dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu dalam melakukan
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Tugas perkembangannya :
·
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
·
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
·
Membedakan jenis kelamin
Bila
tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul rasa bersalah
b.
Menurut Perkembangan Intelektual oleh Piaget :
Termasuk tahap : Konkrit
Operasional.
·
Anak mempunyai pemikiran logis terarah, dapat mengelompokkan
fakta-fakta, berfikir abstrak.
·
Anak mulai dapat mengatasi masalah secara nyata dan sistematis.
c.
Menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud
Termasuk fase : Laten (5 – 12 tahun).
· Anak masuk ke
permulaan fase pubertas.
· Anak masuk pada
periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial,
contoh : hubungan kelompok, pelajaran sekolah, dll.
· Fase tenang.
· Dorongan libido
mereda sementara.
· Zona erotik
berkurang.
· Mulai tertarik
dengan kelompok sebaya (peer group).
PEMERIKSAAN
FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM
1.Keadaan umum
dan tanda-tanda vital : Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu
tinggi; nadi cepat,lemah,kecil sampai tidak teraba;tekanan darah menurun
(sistolok menurunb sampai 80 mmHg atau kurang.
2.Body system :
a.
Pernapasan (B1 : Breathing)
· Anamnesa : Pada
derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali
bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga
memerlukan pemasangan O2.
· Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2
kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi,suara napas
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat
disertai penurunan kesadaran.
b.Cardiovaskuler
(B2 : Bleeding)
· Anamnesa :
Pada
derajat 1dan 2 keluhan memdadak demam
tinggi 2 – 7 hari badan
lemah,pusing,mual – muntah,derajat 3 dan 4 orang tua/keluarga melaporkan pasien
mengalami penurunan kesadaran gelisah dan kejang.
· Pemeriksaan
fisik :
o Derajat 1 Uji
torniquet positif,merupakan satu-satunya manifestasi perdarahan.
o Derajat 2
ptekie,purpura,echymosis dan perdarahan konjungtiva Derajat 3 kulit dingin pada
daerah akral,nadi cepat,hipotensi,sakit kepala ,menurunnya volome plasma,meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah,trombositopenia dan diatesis hemoragic. Derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur.
c.
Persarafan (B3: Brain)
· Anamnesa
:Pasien gelisah, cengeng dan rewel karena demam tinggi derajat 1dan 2
serta penurunan tingkat kesadaran pada
derajat 3 dan 4.
·
Pemeriksaan fisik :
Pada derajat 2 konjungtiva mengalami perdarahan, sedang
penurun-anTingkat kesadaran (composmentis, ke-apatis, ke-somnolent,kesopor
kekoma )atau gelisah,GCS menurun,pupil miosis atau midriasis,reflek fisiologis
atau patologis sering terjadi pada derajat 3 dan 4.
d.
Perkemihan – Eliminasi Uri (B4: Bladder)
· Anamnesa :
Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
· Pemeriksaan
fisik :
Produksi urin menurun(oliguria sampai anuria),warna berubah pakat
dan berwana coklat tua pada derajat 3 dan 4.
e.
Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
· Anamnesa : pada
derajat 1 dan 2 mual dan muntah/tidak ada nafsu makan,haus,sakit menelan,derajat 3 terdapat
nyeri tekan pada ulu hati.
· Pemeriksaan
fisik :
Derajat 1 dan 2 Mukosa mulut kering,hiperemia tenggorokan, derajat
3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan Nyeri tekan,sakitmenelan, pembesaran
limfe,nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena.
f.
Tulang – otot – integumen (B6: Bone)
· Anamnesa :
pasien mengeluh otot,persendian dan
punggung,kepanas-an,wajah tampak merah
pada derajat 1 dan 2,derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot/kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah
baring lama.
Pemeriksaan fisik
·
kepala;kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda
kesakitan,pegal seluruh tubuh derajat 1 dan 2 sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
·
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat
dingin dan lembab.
·
Kuku sianosis/tidak
·
Kepala terasa nyeri, mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II,III,IV. Pada mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorakan hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan telinga (pada grade II,III,IV)
·
Dada, bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
·
Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan
asites.
·
Ekstremitas. Akral dingin,
Nyeri pada sendi, otot serta tulang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS 4
An W, perempuan 5 tahun, masuk IGD RS X, dengan keadaan
kesadaran menurun, pasien gelisah, saat diperiksa N : 95x/menit, TD : 80/50
mmHg, hasil diagnose medis : DHF grade II. Ibu klien mengatakan anaknya panas
400C sebelum masuk RS.
Data subjektif
|
Data objektif
|
·
Ibu
mengatakan anaknya panas 400C
·
Ibu
mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·
Ibu
mengatakan BAB anaknya lancar
·
Ibu
mengatakan anaknya tidak suka minum
·
Ibu
mengatakan terkadang anaknya mual
|
·
Keadaan
kesadaran menurun
·
Pasien
gelisah saat diperiksa
·
Pasien
tampak pucat
·
Mukosa
bibir kering
·
Ptekie
(+)
·
Nadi
: 95 x/ menit
·
TD
: 80/50 mmHg
|
B.
Diagnosa Keperawatan
Problem
|
Etiologi
|
symtomp
|
hipertermi
|
b.d proses infeksi virus dengue
|
Ditandai dengan ibu mengatakan anaknya panas 400C
|
Resiko deficit cairan
|
b.d pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
|
Ditandai dengan
·
Pasien tampak pucat
·
Mukosa bibir kering
|
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
b.d intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
|
Ditandai denagan
·
Ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·
Ibu mengatakan anaknya terkadang mual
|
Resiko terjadi perdarahan
|
b.d penurunan factor-fakto pembekuan darah (
trombositopeni )
|
Ditandai dengan
·
Tromboosit meningkat (44.000)
·
TD : 80/50
|
Kecemasan
|
b.d Kondisi klien yang memburuk
|
Ditandai dengan
Pasien gelisah saat diperiksa.
|
C. Rencana
Asuhan Keperawatan.
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Hipertermie
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
|
Tujuan
: setelah diberikan tindakan keperawatan Suhu tubuh normal dalam 1x24 jam
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37 |
Mandiri
a. Beri komres air kran
b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (
sesuai toleransi )
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan
darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Kolaborasi
:
e. pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
|
a. Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap
keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
e. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh
yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.
|
2.
|
Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
|
Tujuan
: Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang Vital sign dalam batas normal Tidak ada tanda presyok Akral hangat Capilarry refill < 3 detik |
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
b. Observasi capillary Refil
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Kolaborasi
:
e. Pemberian cairan intravena
|
a. Vital sign membantu
mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b. Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga
dehidrasi.
d. Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e. Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah
terjadinya hipovolemic syok.
|
3.
|
Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun
|
Tujuan
: Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan berat badan yang seimbang. |
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
d. Berikan makanan sedikit
namun sering dan atau makan diantara waktu makan
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
|
a. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
|
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Ilmu
Kesehatan Anak. InfoMedika : Jakarta
WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue. EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzzane C.2002. Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta
http://newsflashjakarta.com/kesehatan/saatnya-demam-berdarah-menyerang.html diakses pada tanggal 13 Desember 2011 pukul 02.45 WIB
Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlangga. 2008